Kamis, 17 Februari 2011

Menanti matinya angkutan umum

Judul yg pas buat ngegambarin situasi republik jabotabek,tepatnya nyawa angkutan umum.

Analisis gw angkutan umum akan mati dijalan raya, kalah melawan taxi, mobil pribadi, ojek & motor. Angkutan umum yg harus menunggu penumpang penuh (angk.umum kolektif) p'lahan kian sulit m'cari penumpang. Seiring dgn mudahnya kredit kendaraan b'motor, maka meledaklah populasi mobil & motor. Orang2 lebih suka naik mobil/motor daripada b'sumpelan di bis. Lebih nyaman & tidak diburu waktu edar (keberadaan) angk.umum tsb. Akibatnya angk.umum kolektif kian sulit mencari penumpang. Sementara taxi & ojek (angk.umum semi privat) lebih beruntung dibanding angkot, metromini dkk karena memiliki modal lebih kuat, lbh nyaman & tanpa menunggu penumpang penuh.

Orang2 lebih rela b'macet2 dgn kendaraan sendiri daripada naek angk.umum bila b'ada pada jalanan yg sama. Apalagi mengejar absensi pagi menjadi tujuan utama org2 bangun pagi n naik kendaraan sendiri daripada naik angk.umum kolektif yg tak tentu jadwal. Gue p'hatikan,penumpang angk.umum adalah org yg memang tidak pnya kendaraan,org yg jarak kantor&rumahnya jauh,org dgn gaji pas2an,ibu2,bapak2 dan anak2 yg blum/tidak bisa mengemudi dan org2 yg jenuh memakai kendaraannya.

Bis tua,ngetem n gerah dijalanan macet msh kalah dr ojek/taxi sekalipun. Apalagi kalo ada copet/preman didalamnya!! Sementara kereta tetap eksis utk para komuter jarak jauh.

Apa solusinya? Angk.umum kolektif harus t'struktur (t'jadwal),setiap sekian menit,jalan,meskipun sepi penumpang seperti di negara2 maju. Angk.umum harus b'modal kuat,jadi punya armada baru,nyaman,aman dan anti mogok.
Jadi angk.umum yg nyaman bisa b'saing dgn taxi sekalipun.
Pilihan ada ditangan mereka,maju ato mati.
*demmm.